Shalat sebagai Pengobatan Penyakit Fisik dan Psikis
Shalat yang khusyu’ dapat memberikan
ketenangan mental dan menghilangkan ketegangan dengan beberapa alasan.
Diantaranya adalah munculnya perasaan seseorang bahwa seluruh
permasalahan yang ia hadapi menjadi pudar ketika ia berada di hadapan
Kekuatan yang Maha Agung. Yaitu Allah yang maha Pencipta dan maha
Mengatur seisi alam semesta. Maka ketika seseorang telah selesai dari
shalatnya, ia akan merasa bahwa segala permasalahnnya sudah menemukan
jalan keluar dan akan diselesaikan oleh Allah yang maha Penyayang.
Shalat juga mampu mengatasi ketegangan
melalui proses pergantian gerak yang terus-menerus. Seperti yang sudah
diketahui, bahwa perubahan gerakan dapat memberikan perasaan rileks pada
psikologis tubuh. Rasulullah saw. sendiri telah menganjurkan kepada
umatnya untuk melakukan shalat ketika dirinya sedang dikuasi oleh
perasaan emosi. Sebagaimana pula telah dibuktikan secara ilmiah bahwa
shalat memiliki efek langsung terhadap sistim saraf. Karena
gerakan-gerakan shalat mampu untuk menenangkan gejolak dalam jiwa dan
mempertahankan kestabilan mental. Shalat juga merupakan cara pengobatan
yang jitu terhadap keluhan insomnia yang disebabkan oleh gangguan saraf.
Sebab itulah Rasulullah apabila pikirannya terganggu dengan suatu
permasalahan, beliau pun bersegera untuk shalat. Beliau juga pernah
berkata kepada Bilal, “Wahai bilal, hiburlah kami dengan shalat.”
Sebuah penelitian terbaru yang
diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Radiasi Nasional Mesir menemukan
suatu teori bahwa gerakan sujud kepada Allah dapat membebaskan manusia
dari rasa sakit pada fisik dan ketegangan mental serta penyakit mental
dan fisik yang lainnya. Para pakar biologi dan radiasi makanan di
lembaga tersebut yang diketuai oleh Dr. Muhammad Dhiya Hamid menemukan
bahwa gerakan sujud dapat mengurangi rasa lelah, tegang, sakit kepala,
dan emosi. Sebagaimana sujud juga sangat berperan besar dalam
meminimalisir ancaman tumor.
Para peneliti ini menjelaskan bahwa
manusia sangat terancam dengan adanya bahaya radiasi dengan menghabiskan
hidupnya dalam lingkup elektromagnetis yang memberikan efek negatif
bagi sel-sel tubuhnya, sehingga sel-sel tersebut pun menjadi lemah.
Dengan adanya gerakan sujud, maka manusia sangat terbantu dalam
mengatasi adanya pengaruh berlebihan dari elektromagnetis tersebut yang
mengakibatkan munculnya penyakit seperti sakit kepala, kram otot, leher
tegang dan kelelahan, ditambah lagi dengan sering lupa dan autis.
Para peneliti ini juga menyinggung bahwa
meningkatnya unsur elektromagnetis tanpa ada usaha untuk mengatasinya,
akan semakin memperburuk keadaan dengan munculnya tumor dan terkadang
juga akan membuat embrio menjadi cacat. Maka dengan adanya gerakan
sujud, gelombang elektromagnetis yang ada di dalam tubuh bisa
dikeluarkan tanpa harus mengkonsumsi obat-obatan yang efek sampingnya
juga berbahaya.
Para pakar dari Mesir juga menegaskan
hal tersebut dengan mengatakan, bahwa proses pembebasan tubuh dari
elektromagnetis dilakukan melalui gerakan sujud. Dimana ketika dahi
manusia yang mengandung kutub positif dari elektromagnetis tersebut
ditempelkan ke tanah yang terdapat di dalamnya kutub negatif. Sehingga
tubuh pun bisa terbebas dari muatan elektromagnetis. Apalagi ketika
sujud, bagian tubuh yang menempel ke tanah adalah dahi, hidung, dua
telapak tangan, dua lutut dan dua kaki, sehingga proses pengosongan
muatan pun menjadi semakin mudah.
Temuan teori lainnya yang lebih dahsyat
lagi adalah, bahwa proses pengosongan muatan elektro dari dalam tubuh
melalui sujud tersebut, juga harus dilakukan dengan menghadap ke arah
Mekkah al-Mukarramah yang merupakan kiblat shalat bagi kaum muslimin
tempat dimana beradanya Ka’bah al-Musyarrafah.
Teori para ilmuwan ini bertolak dari
alasan bahwa Mekkah adalah pusat bumi dan terletak pada pertengahan bola
bumi, bukan kota Greenwich seperti yang dikatakan sebagian orang.
Dengan posisi menghadap ke arah pusat bumi, adalah posisi yang paling
baik untuk melakukan pengosongan muatan elektro, sehingga manusia pun
bisa terbebas dari beban pikirannya dan merasakan ketenangan jiwa yaitu
perasaan yang memang didapat oleh seorang muslim setelah melakukan
shalat.
Dr. Thomas Heslop mengatakan, “Salah
satu bagian kehidupan sehari-hari yang paling penting aku ketahui selama
bergelut di dunia penelitian adalah shalat. Aku mengatakan pendapat ini
sebagai seorang dokter. Bagiku shalat adalah cara terpenting yang
dikenal oleh manusia untuk menebarkan perasaan tenang di dalam jiwanya
dan kenyamanan sarafnya.”
Sedangkan Dr. Alexis Carrel periah
hadiah Nobel Kedokteran mengatakan pendapatnya tentang shalat, “Shalat
adalah stimulan yang luar biasa bagi seluruh anggota tubuh. Bahkan ia
merupakan stimulan yang paling besar aku ketahui hingga saat ini. Aku
sudah sering kali bertemu dengan orang-orang sakit yang obat-obatan
tidak mampu mengatasi penyakit mereka. Dan manakala mereka mengambil
jalan pengobatan dengan shalat, penyakit mereka pun menjadi sembuh.
Shalat layaknya seperti logam radium yang menghasilkan radiasi dan juga
sebagai pembangkit aktivitas. Aku sendiri sudah menyaksikan bagaimana
pengaruh shalat dalam mengobati berbagai macam bentuk penyakit seperti,
Tuberkulosis Peritoneal, radang tulang, luka bernanah, kanker, dan lain
sebagainya.”
Membaca ayat-ayat Al-Qur’an sesuai
aturan tajwidnya di dalam shalat dengan tarikan dan hembusan nafas yang
teratur, juga sangat bermanfaat dalam mengurangi ketegangan. Sebagaimana
juga gerakan otot mulut yang mengeluarkan bacaan dapat mengurangi rasa
lelah dan menstimulasi kerja dan vitalitas otak seperti yang sudah
dibuktikan dalam beberapa penelitian ilmiah.
Rajin mengerjakan shalat dan
pelaksanaannya yang benar, merupakan cerminan dari iman yang terpatri di
dalam jiwa. Shalat adalah tangga orang yang beriman untuk menuju
Tuhannya. Saat mengerjakannya, seluruh pikiran tentang dunia dan
pengaruhnya terhadap jiwa pun ditinggalkan. Saat seorang hamba yang
beriman menghadap Tuhannya, jiwanya pun menjadi tenang, dengan hati yang
penuh keikhlasan dan kerendahan diri, serta ruh yang khusyu’.
Keadaan luar biasa ini paling sedikit
terulang sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Maka hilanglah seluruh
penyebab ketegangan, kekhawatiran, dan stress. Dan jadilah shalat
sebagai pembawa ketenangan jiwa yang berpengaruh pada seluruh anggota
tubuh. Manakala konsentrasi dan keasyikan dalam shalat meningkat,
pengaruhnya akan sampai pada titik-titik otak bagian atas hingga ke
Hipotalamus yang menimbulkan rasa tenang dalam jiwa diiringi dengan
menurunnya aktivitas saraf simpatetik, kadar Adrenalin dalam darah,
begitu pula dengan hormon-hormon penyebab stress dan tegang seperti
hormon Kortizol.
Ketika seseorang dalam keadaan cemas,
maka kadar Kortizol di dalam darah akan meningkat tiga kali lipat.
Begitu juga ketika sedang dalam kondisi sedang kesal, dan pada beberapa
penyakit mental yang lainnya.
Dengan mental yang dalam keadaan rileks,
tenang dan tentram, kadar Kortizol akan selalu berada pada levelnya
yang normal. Kondisi semacam ini akan melindungi manusia dari efek-efek
negatif yang dihasilkan oleh hormon tersebut. Misalnya seperti naiknya
tekanan darah, meningkatnya kadar gula dalam darah, kerapuhan tulang,
dan lain sebagainya. Apalagi jika kadar Kortizol tersebut naik secara
berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, pemanfaatan waktu shalat
yang dimulai dari persiapannya, kemudian setelah selesai shalat membaca
zikir-zikir, akan menjauhkan pikiran manusia dari aktivitas keduniaan
sehari-hari, begitu juga dari kelelahan akibat bekerja terus-menerus.
Maka manakala kondisi yang demikian terus terulang-ulang melalui shalat,
akan hilanglah waktu-waktu tegang dan kelelahan, dan ketenangan jiwa
pun akan selalu datang.
Dalam sebuah penelitian khusus ditangkap
suatu perubahan psikologis yang muncul dari pengaruh perasaan rileks
yang terus berulang-ulang beberapa kali dalam sehari. Dalam hal ini
digambarkan sebagai meningkatnya produksi Insulin dan Testosterne
(hormon laki-laki) dan berkurangnya kadar Cathecolamine (Adrenalin dan
Non Adrenalin), hormon Kortizol, gula dan lemak, serta berkurangnya
kecepatan detak jantung dan tekanan darah. Semua kondisi yang
menyenangkan ini kembali pada rasa tenang dan pengaruhnya pada sistim
saraf dan kelenjar.
Jadi, shalat beserta manfaatnya yang
memberikan ketenangan jiwa secara berulang-ulang, terkadang juga akan
berpengaruh pada perubahan psikologis yang semuanya adalah perubahan
bagi kesehatan.