Kerajaan Tuban Kuno. Sejarah Kabupaten Tuban pada jaman dulu
lebih dikenal dengan nama Kambang Putih adalah salah satu daerah yang
menorehkan catatan penting dalam sejarah nasional Indonesia, bahkan
dunia. Letak geografis Kambang Putih di jalur pantai utara Jawa
menjadikan wilayah ini menjadi jalur lalulintas perdagangan tempo dulu.
Oleh karena itu, Kambang Putih merupakan bekas bandar tua yang pernah
membuka diri sebagai tempat persinggahan bagi pedagang-pedagang sejak
jaman kerajaan Medang sampai Mataram Islam.
Tuban sebagai kota pelabuhan, memiliki karekteristik yang terbentuk dari
kontak dengan dunia luar terkait perannya sebagi jalur lalulintas
perdagangan dunia. Tuban sanggup kokoh melintasi waktu yang begitu
panjang yaitu mekarnya Medang 1019 sampai kerajaan Mataram Islam 1619.
Pada masa Airlangga, Kambang Putih dijadikan Bandar lalulintas
perdagangan antar Negara. Hal ini berkait dengan letak pelabuhan Hujung
Galuh yang berada di pedalaman sehingga hanya mampu dijadikan jalur
lalu-lintas perniagaan antar pulau. Selain itu, hal lain yang menjadi
pertimbangan adalah tersedianya sumber air tawar yang cukup banyak di
dekat pelabuhan. Kondisi objektif menunjukkan bahwa sampai sekarang di
bibir pantai sebelah timur Boom Tuban masih terdapat sumber air tawar
yang terus merembes dari bebatuan karang. Selain sumber air yang muncul
dari batu karang, kira-kira 100 meter ke arah barat terdapat sumur
Srumbung.
Guna menarik para pedagang asing untuk singgah di Kambang Putih dan
memajukan perniagaan di sana, Airlangga mengambil kebijakan penting.
Beberapa jenis pajak dibebaskan oleh Airlangga. Jalan darat dari daerah
pedalam menuju ke Kambang Putih di perbaiki dan lalulintas diatur dengan
rapi supaya lalulintas darat berjalan lancar.
Pada masa kerajaan Jenggala dan Panjalu, wilayah Tuban menjadi daerah
kekuasaan Panjalu yang penting. Ketika perang saudara antara Panjalu dan
Jenggala, Kambang Putih menjadi salah satu daerah yang turut membantu
penyerangan ke Istana Jenggala. Hal ini termaktub dalam prasasti Kambang
Putih, diceritakan Raja Sri Maharaja Mapanji Garasakan memberikan
anugrah kepada kepala desa berupa tanah perdikan (otonomi) serta
beberapa jenis pajak dibebaskan oleh sang raja. Selain Kambang Putih,
daerah Tuban lain yang berjasa adalah Malenga. Malenga diperkirakan
adalah salah satu daerah di wilayah Rengel Tuban. Pada prasasti Malenga
diceritakan bahwa raja Mapanji Garasakan memberikan anugerah berupa
tanah sima kepada masyarakat Malenga karena telah membantu raja dalam
mengusir Haji Linggajaya sehingga terusir dari Istana Tanjung.
Pada masa Kerajaan Singosari di bawah kekuasaan Raja Kertanegara,
bermaksud memperluas kekuasaan sampai ke luar negeri. Sikap Kertanegara
ini di dasarkan sebagai langkah antisipasi invasi Kubilai Khan ke
Nusantara. Karena untuk menghadapi pasukan Kubilai Khan dibutuhkan
kekuatan-kekuatan lain yang besar. Maka, Kertanegara memberangkatkan
pasukan untuk menaklukan daerah Melayu dibawah Panji Singosari dengan
maksud agar dapat membantu Singosari dalam menghalau pasukan Kubilai
Khan. Pemberangkatan pasukan Singosari ke Melayu dilakukan dari dermaga
yang ada di Tuban. Hal ini di ceritakan dalam kitap pararaton, bahwa
Pasukan Singosari berlayar ke Melayu bertolak dari pelabuhan yang ada di
Tuban. Peristiwa tersebut kemudian lebih dikenal dengan Ekspidisi
Pamalayu
Pada masa Majapahit, pelabuhan Tuban semakin berkembang pesat seiring
dengan niat Majapahit untuk melakukan ekspansi keluar Jawa. Tuban
dijadikan pelabuhan tempat masuknya upeti ke majaphit yang dibayarkan
oleh wilayah-wilayahnya di luar Jawa. Tuban berkembang menjadi
“entrepot” yang tidak hanya menjadi pusat pertemuan perdagangan dari
berbagai negeri, tetapi juga mengimpor dan mengekspor barang-barang yang
berasal dari berbagai negeri. Selain itu keberadaan pelabuhan Tuban
juga mengangkat status social bangsawan-bangsawan Majapahit. Karena
barang-barang yang dijual di pelabuhan adalah barang-barang berharga
seperti Sutera, Logam Mulia, Batu Mulia. Sebagian barang-barang itu
kemudian di serahkan kepada penguasa Majapahit sebagai Upeti.
Dari masa-kemasa Tuban memberikan sumbangan luar biasa kepada raja
Hindu-Budha. Baik secara Politik, Ekonomi, dan Sosial. Politik, Banyak
wilayah yang ditaklukan oleh para raja melalui bantuan masyarakat Tuban
dan Pelabuhannya. Ekonomi, Tuban menjadi pelabuhan dagang Internasional.
Sosial, adanya pelabuhan Tuban mengangkat derajat social para bangsawan
karena banyak upeti berupa barang berharga yang berasal dari pelabuhan
Tuban, diserahkan oleh pedagang asing.
Demikian Artikel Kerajaan Tuban Kuno.